Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini OBAT HEWAN: SUDAH TEPATKAH PENGGUNAANNYA | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

OBAT HEWAN: SUDAH TEPATKAH PENGGUNAANNYA

Satu dari lima kunci sukses dalam beternak adalah pencegahan dan pengobatan penyakit.
Mencegah penyakit berarti upaya yang dilakukan peternak agar ternak peliharaannya terhindar dari berbagai penyakit.
Sedang pengobatan, lebih ditujukan pada usaha peternak untuk membunuh sumber penyakit dengan cara menggunakan preparat yang mempunyai daya membunuh atau melumpuhkan bibit penyakit.
Demikian disampaikan drh Hanggono TS PT Medion cabang Pekanbaru.
Penyakit dan obat di usaha peternakan sama sekali tidak bisa dipisahkan, artinya pada saat hewan sakit, peternak dengan segenap daya dan upayanya berusaha membebaskan ternak peliharaannya dari cengkeraman bibit penyakit.
Penyakit diartikan sebagai disfungsi anggota tubuh ternak atau kondisi saat ternak tidak mampu menjalankan fungsi organ yang dimilikinya, dalam arti adanya gangguan yang mendera pada organ dimaksud.
Membicarakan penyakit ternak, banyak hal yang perlu diperhatikan antara lain kebersihan lokasi, kandang ataupun ternak yang dipelihara. Ini merupakan hal krusial yang perlu mendapatkan perhatian lebih dari peternak.
Selain itu, kecukupan gizi yang dikandung makanan juga perlu mendapat perhatian, karena dari sinilah awal mula ternak mudah terpapar penyakit.
Dilain pihak, peternak pada dasarnya tidak menginginkan ternak peliharaannya sakit karena hal ini menimbulkan kerugian baik finansial ataupun psikis peternak yang berhubungan langsung dengan ternak.
Banyak kerugian yang didapat bila ternak tidak sehat. Secara nyata menurut Hanggono adalah menurunnya produksi telur pada layer, terhambatnya pertumbuhan pada broiler, demikianpun halnya pada sapi, kambing, domba dan ternak-ternak lainnya dan terhalang semua aktifitas hanya karena sakit yang dideranya.
Lebih lanjut dijelaskannya, secara kasat mata bila peternak jeli, terlihat perbedaan antara ternak sehat dengan ternak sakit.
Ternak sehat biasanya dicirikan dengan konsumsi pakan dan air minum normal, feses normal dan tidak encer, bersuara normal, produksi telur pada layer normal sedang pada broiler laju pertumbuhannya bagus, giat melakukan aktifitas.
Pada ayam atau unggas temperatur tubuh normal dengan kisaran 105-107 ºF dengan rataan 106 ºF. Sedang untuk denyut nadi dan totalitas pernafasan ayam per menit adalah 200-400 kali dan 15-16 kali.
Di luar batasan ini, peternak seharusnya mencurigai ada apa dengan ternak peliharaannya, sakitkah atau sehat. Bila ternak sakit, maka langkah tepat yang harus dilakukan peternak adalah memberikan obat yang mampu menghilangkan rasa sakit sekaligus mampu melenyapkan bibit penyakit.

Patuhilah Rambu-Rambu
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk teknologi bidang peternakan, memungkinkan peternak tahu lebih banyak terkait budidaya peternakan, baik usaha komersial ataupun usaha pembibitan.
Tentang kesehatan ternak, banyak hal yang dapat dilakukan peternak agar ternak tetap sehat. Hal utama yang harus dilakukan adalah menjaga kebersihan disemua lini, artinya kebersihan tidak hanya ditujukan pada lingkungan dan kandang, namun kebersihan ternak dan anak kandangnya pun perlu diperhatikan.
“Peternak tetap harus berpegang pada prinsif mencegah lebih baik dari mengobati,” kata drh Agus Syafiq Riyadi pada koresponden Infovet Riau.
Menurutnya, tidak ada alasan peternak untuk tidak menjaga sanitasi kandang, lingkungan, ternak dan manusianya. Karena, sekali peternak lengah maka dipastikan benteng pertahanan ternak direbut oleh bibit penyakit, artinya apa, ternak dengan mudahnya terserang penyakit karena kekebalan tubuhnya yang selalu digerogoti oleh mikroorganisme penyebab penyakit.
Bagi peternak, jalan terbaik yang sering dilakukan adalah menggunakan obat untuk mempercepat proses penyembuhan penyakit yang diderita ternaknya. Karena bagaimanapun obat merupakan sesuatu yang menyembuhkan atau meredakan penyakit.
Obat dapat diberikan kepada pasien melalui beberapa cara, ini tergantung pada cepat atau lambatnya hasil yang dikehendaki peternak, lama kerja obat dalam tubuh, bentuk atau macam obat, sifat fisis atau kimiawi obat dan derajat absorbsi obat dalam tubuh.
Di samping itu, peternak juga mampu mempilah-pilah obat berdasarkan pada indikasi obat tersebut, artinya peternak dalam memberikan obat pada ternaknya jangan terkesan hantam kromo atau sembarangan, sehingga petunjuk penggunaannya diabaikan.
Bila ini terjadi maka hasil yang dicapai tidak maksimal bahkan diasumsikan adanya kemungkinan resistensi ternak terhadap preparat obat dimaksud.
Untuk peternakan ayam pedaging komersial, hal ini dapat menimbulkan kerugian baik terhadap peternak ataupun pada konsumennya.
Kerugian bagi peternak misalnya saja membesarnya cost pengobatan atau over budget, sedang bagi konsumen dikuatirkan terjadinya akumulasi obat dalam tubuh, sehingga pada kondisi tertentu tubuh mempunyai daya resistensi yang tinggi terhadap preparat obat yang digunakan atau drug resistance, yakni keadaan berkurangnya respon terhadap obat yang umumnya menghambat pertumbuhan sel atau mematikan sel.
Lalu bagaimana solusinya? “Penggunaan obat yang tepat dalam arti tepat indikasi, tepat dosis dan tepat aplikasinya, inilah yang memberikan nilai lebih, baik bagi ternak, bagi peternak ataupun bagi konsumen yang mengkonsumsinya,” jawab alumni FKH Unsyiah Negeri Serambi Mekah ini.
Di sisi lain, drh Hanggono tetap berprinsif pada withdrawal yaitu masa henti obat, yang lebih difokuskan pada pengobatan dengan preparat antibiotika. Biasanya menurut Hanggono, masa henti obat pada broiler adalah seminggu sebelum panen, ini ditujukan agar obat yang diberikan pada broiler dapat terabsorbsi sempurna, sehingga kekuatiran pada residu obat dapat dikesampingkan.
Setidaknya apa yang dikemukakan TS senior PT Medion ini diaminin oleh Firdaus peternak lima ribu ekor broiler yang lokasi kandangnya di kabupaten Kampar.
Menurutnya, pada dasarnya pemberian obat-obatan pada broiler sudah terjadwal sedemikian rupa dan tetap mengacu pada program sukses pemeliharaan broiler.
Lebih lanjut dikatakannya, pemberian obat biasanya selalu dipantau oleh TS, sedang aplikasi obat yang biasa dilakukan adalah melalui air minum, dan tetap mengacu pada ketentuan yang tertera pada bungkus obat.
“Pemberian obat dalam hal ini antibiotika disesuaikan dengan jadwal dan biasanya dihentikan pada hari ke dua puluh dua atau dua puluh tiga periode pemeliharaan, hal ini ditujukan agar obat yang diberikan telah diabsorbsi oleh tubuh ternak.Ini ditujukan agar konsumen tidak merasa kuatir lagi mengkonsumsi daging karena takut terjadinya residu antibiotika tadi,” tutur Firdaus yang juga sebagai Inseminator di Dinas Peternakan Kabupaten Kampar.
Sejauh ini, sejak awal memulai usaha peternakan broiler tepatnya dua tahun yang silam, Firdaus yang juga tercatat sebagai mahasiswa gaek (red: tua) di Fakultas Peternakan UIN Suska Riau ini tetap exist menggeluti usaha ini.
Menurutnya, apapun bentuk usahanya, yang penting dikerjakan dengan sungguh-sungguh, tetap bisa memberikan hasil optimal.
“Ingin sukses beternak broiler, patuhilah rambu-rambunya dalam hal ini program pemeliharaan broiler dimaksud,” pungkas Firdaus. (Daman-Suska)

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer