Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Nutrisi Harus Cukup, Lighting Juga Penting | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Nutrisi Harus Cukup, Lighting Juga Penting

Fokus Infovet Mei 2008

Asupan nutrisi yang cukup dan berkualitas menjadi syarat mutlak untuk tercapainya produksi telur yang optimal. Sumber utamanya dari ransum yang kita berikan. Selain itu, penambahan feed supplement juga dapat melengkapi kandungan nutrisi mikro, seperti vitamin, mineral maupun asam amino.

Dengan semakin berkembangnya genetik ayam, kebutuhan nutrisinya pun menjadi semakin kompleks. Ayam petelur sekarang akan langsung memberikan respon jika kualitas ransum kurang sesuai. Kasus ini pernah terjadi pada awal tahun 2007 saat suplai jagung berkurang, banyak peternak yang kebingungan karena ayamnya tidak mau bertelur. Kasus feed intake yang kurang juga sering ditemui.
Berbicara tentang ransum ayam petelur, ada 2 hal perlu diperhatikan yaitu kualitas ransum (red. kelengkapan dan keseimbangan nutrisi dalam ransum) dan feed intake. Nutrien yang diperlukan ayam petelur antara lain energi metabolisme, protein, asam amino terutama lisin dan metionin, minyak, asam lemak (asam linoleat) maupun mineral kalsium dan fosfor. Nutrien itu akan dimanfaatkan untuk beberapa proses, diantaranya mempertahankan (maintenance) tubuh, pertumbuhan bulu, pertumbuhan berat badan maupun produksi telur. Jenis maupun besarnya kebutuhan nutrisi sangat tergantung dari fase produksinya. Contoh kebutuhan nutrisi ayam petelur tertera pada Tabel 3.

Tabel 3. Standar Kebutuhan Ayam Petelur Berdasarkan Tingkat Produksi
Zat Nutrisi Kebutuhan Nutrisi (g/ek/hr)
>57,5 55,5-57,5 <55,5
Berat Telur (g/ek/hr)
Protein kasar 19,60 18,40 17,80
Metionin 0,44 0,38 0,36
Lisin 0,87 0,83 0,78
Triptofan 0,21 0,20 0,19
Treonin 0,64 0,58 0,55
Kalsium 4,10 4,30 4,40
Fosfor tersedia 0,42 0,38 0,33
Sodium 0,17 0,17 0,17
Klorin 0,17 0,17 0,17
Asam linoleat 2,00 1,60 1,20
Sumber: Pedoman Pemeliharaan Layer MB 402, 2006

Kualitas ransum yang baik akan mendorong tercapainya feed intake. Meskipun demikian bukan suatu keniscayaan jika feed intake tetap tidak sesuai. Jika hal ini terjadi kita harus jeli untuk melakukan evaluasi pada tata laksana pemberian ransum. Apakah frekuensi pemberian ransum telah kita atur sedemikian rupa sehingga palatabilitas dan nafsu makan ayam tetap baik? Bagaimana dengan kondisi suhu dalam kandang kita, panas atau dingin? Berkurangnya nafsu makan juga menjadi salah satu indikasi awal serangan penyakit.
Kasus rendahnya feed intake sering kali kita temukan pada umur awal (1-4 minggu) dan saat mendekati masa produksi telur. Sedangkan kita tahu bahwa di kedua waktu ini sangat signifikan pengaruhnya terhadap produksi telur. Masa awal menjadi pondasi bagi pertumbuhan seluruh organ vital dalam tubuh ayam. Jika terhambat maka akan sudah barang tentu pertumbuhan pada umur berikutnya akan terhambat. Mendekati masa produksi, di dalam tubuh ternak terjadi perubahan hormonal dimana mulai mempersiapkan untuk menghasilkan telur. Selain itu, ayam ini juga harus mengalami perlakuan paksa, seperti potong paruh ulang, pindah kandang dan pemberian vaksin inaktif. Oleh karenanya saat mendekati masa produksi ini sangat diharapkan ayam memiliki berat badan di atas standar (<10%) sehingga saat mengalami beberapa kondisi yang tidak nyaman dan terjadi penurunan berat badan, saat berproduksi telur berat badannya tetap baik.
Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menjaga kualitas ransum tetap baik dan asupan nutrisi terpenuhi:
 Lakukan pengujian kualitas ransum secara rutin. Cek kondisi fisik ransum saat penerimaan dan lakukan uji laboratorium setiap 6 bulan sekali atau saat pergantian suplier ransum
 Terapkan manajemen first in first out (FIFO) atau ransum yang datang lebih dulu diberikan lebih awal
 Perhatikan manajemen penyimpanan ransum yang baik, seperti adanya balok alas ransum, suhu dan kelembaban gudang ransum
 Berikan ransum secara periodik, saat masa awal pemberian ransum dilakukan setiap 2-3 jam sekali sedangkan setelah dewasa ransum dapat diberikan 2-3 kali sehari.
 Langkah untuk meningkatkan nafsu makan antara lain melakukan pemba-likan ransum atau melakukan pengo-songan tempat ransum terutama pada siang hari
 Pembalikan ransum menjadi salah satu cara meningkatkan nafsu makan
 Jika dalam 1 hari terjadi penurunan feed intake maka kita harus secepat-nya tanggap dan berusaha mengejar kekurangan itu secepatnya

Pencahayaan Perlu Perhatian Lebih
Manajemen yang satu ini, sering kali kurang diperhatikan oleh peternak. Meskipun kita tahu, pencahayaan yang kita berikan pada ayam petelur berpengaruh pada proses kematangan organ reproduksi dan pertumbuhan. Adanya pencahayaan, baik pencahayaan alami (sinar matahari) maupun cahaya buatan (lampu) akan menstimulasi hipotalamus di otak. Selanjutnya, “sinyal” cahaya akan diteruskan ke kelenjar-kelenjar tubuh, seperti hipofisa, tiroid dan paratiroid untuk menstimulasi disekresikannya hormon.
Kelenjar hipofisa akan mensekresikan “folicle stimulating hormone (FSH)” atau hormon perangsang perkembangan sel ovum pada indung telur (ovarium). Hormon inilah yang sangat berperan penting untuk pembentukan sebutir telur. Adanya sinyal cahaya juga menstimulasi kelenjar tiroid mensekresikan hormon tiroksin yang berfungsi mengatur kecepatan metabolisme tubuh sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan. Kelenjar paratiroid juga terstimulasi oleh adanya cahaya untuk mensekresikan hormon paratiroksin yang berperan dalam pengaturan metabolisme kalsium (Ca) dan fosfor (P). Setelah melihat fungsi dari adanya pencahayaan tersebut maka sudah selayaknya kita memberikan perhatian yang lebih pada program pencahayaan.
Beberapa hal yang selayaknya kita ketahui tentang program pencahayaan antara lain lama waktu pencahayaan, besarnya intensitas cahaya dan kapan pencahayaan tersebut dilakukan. Pada ayam petelur, lama waktu dan intensitas pencahayaan sangat dipengaruhi oleh fase atau umur produksi.
Pada masa starter diberikan pencahayaan dengan intensitas paling tinggi (20-40 lux) dan waktu paling lama (24 jam pada 1 minggu pertama). Tujuannya ialah mempermudah ayam mengenali tempat ransum dan air minum maupun untuk memacu pertumbuhan. Saat fase grower, program pencahayaan diberikan cahaya dalam waktu paling singkat (12 jam atau hanya dari cahaya matahari) dengan intensitas terendah (5-10 lux). Hal ini dimaksudkan untuk mengontrol perkembangan saluran reproduksi dan pencapaian berat badan yang optimal saat mulai berproduksi.
Lain halnya saat fase layer, lama (16 jam) dan intensitas pencahayaan (10-20 lux) berada diantara fase starter dan grower. Pada fase layer ini, adanya pencahayaan akan membantu proses pembentukan telur, pertumbuhan berat badan dan membantu metabolisme Ca dan P yang sangat diperlukan untuk pembentukan kerabang telur dan tulang. Jumlah lampu yang diperlukan untuk memperoleh intensitas yang dikehendaki dapat diketahui dengan rumus:

Berikut adalah perhitungan jumlah lampu yang dibutuhkan untuk luasan kandang dan jenis lampu tertentu.

∑ lampu = Luas kandang x Intensitas cahaya
Watt lampu x K faktor

K faktor merupakan konstanta yang nilainya tergantung daya lampu, yaitu :
Watt Lampu
15 25 40 60 100
K Faktor 3,8 4,2 4,2 5,0 6,0

Selain lama waktu dan intensitas pencahayaan, penentuan waktu untuk menambah atau mengurangi pencahayaan juga wajib diperhatikan oleh peternak. Dua hal penting tentang pencahayaan adalah jangan menambah jam terang selama masa pertumbuhan (fase grower) dan sebaliknya jangan mengurangi jam terang selama masa produksi. Jarak dan distribusi lampu juga harus diperhatikan. Jangan sampai jarak maupun intensitas lampu yang digunakan tidak sama. Jarak pemasangan lampu yang kurang baik, yaitu jarak antar satu lampu dengan lainnya tidak sama dapat mengakibatkan perbedaan intensitas cahaya.
Data penelitian menunjukkan adanya pengaruh pencahayaan terhadap performan produksi telur. Ibnu Katsir Amrullah (2003) menjelaskan bahwa ayam yang diberi pencahayaan selama 8 jam pada masa grower dan 14 jam pada masa layer mampu menghasilkan telur dalam jumlah lebih banyak (berbeda signifikan) meskipun berat telurnya sedikit lebih ringan.
Pemberian cahaya yang sama antara masa grower dan layer terbukti mempunyai produksi telur lebih rendah meskipun berat telurnya lebih besar. Namun pemberian cahaya secara terus-menerus (tanpa pengaturan) akan mengakibatkan ayam kurang peka rangsangan cahaya saat memasuki masa layer (produksi telur). Selain itu, pemberian cahaya yang kurang sesuai (terlalu lama) akan menyebabkan berat badan ayam lebih besar.
Dari penelitian Ibnu Katsir Amrullah (2003) juga diketahui bahwa ayam grower yang dipelihara dengan lama pencahayaan 14 jam terus-menerus mempunyai berat badan 60 gram lebih berat pada umur 19 minggu.
Penambahan cahaya juga dapat mempercepat dewasa kelamin (umur bertelur). Ibnu Katsir (2003) menyatakan jika penambahan cahaya dilakukan dua hari lebih awal maka ayam akan bertelur lebih cepat 1 hari. Namun perlu diingat, ayam yang terlalu cepat bertelur namun berat tubuhnya belum optimal akan menghasilkan telur dengan ukuran yang lebih kecil. Dan hal ini akan relatif sulit untuk diperbaiki karena saat mulai bertelur sampai puncak produksi (masa kritis), ayam harus mengalokasi ransum yang dikonsumsi untuk 2 proses penting, yaitu produksi telur (mencapai puncak) dan pertumbuhan (± 300 gram). Sama halnya jika terlalu gemuk, penambahan cahaya akan memicu terjadinya prolapse.
Melakukan kontrol berat badan secara ketat, program vaksinasi yang sesuai, pemberian ransum sesuai kebutuhan dan memberikan stimulasi cahaya menjadi langkah penting untuk tercapainya produksi yang optimal. Produksi telur tercapai, keuntungan pun tinggi. (Infovet)

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer